Keramahan hati yang membuat sejuk dunia, pernahkah terbayang dalam alam yang indah dan terbukakan kenikmatan hati? Seruling berbunyi menyiram sifat kotor penuh dengan harapan hilang. Tak menyangka keindahan musnah dengan cepat, seperti hilangnya sebuah kepedulian terhadap sikap dini. Kata perkata mengeja dengan sendirinya hingga membentuk sebuah degradasi paragraph, semua berdoa pada sang Kuasa dengan meminta, meronta dan membina. Sekali lagi hati ini tak cukup memendam rasa dosa yang mulai singgah, dengan sekedar Tanya pikiran menghantui sang pemilik hati.
Tanpa korban, tanpa luka dan tanpa hina. Itulah yang disebut hujatan yang menghantui diri. Tak terbilang penuh harapan yang diharapkan, tak terucap kata suka saat disukai. Lama menanti sebuah puisi yang mengisi kerinduan hati, ingin melontarkan ekspresi diri di luar alam bawah nyata. Merenung diri saat hampa menghampiri nyawa, terbuang sudah kata ingat untuk teringat. Apakah ini lulucon tentang kehidupan? Pikirkan kembali pedoman apa yang sudah terjawab pada sang Esa.
Singkron kehidupan, membawa pada kepadatan yang memulai melukai diri saat dunia tak lagi melihat isi hatinya. Kesalahan yang berlebih ketika manusia pemilik hati membuang kata maaf. Teringat kata membinasakan diri, itukah jalan menuju keluar? Apakah gengaman tangan dapat melumpuhkan semua? Tidak lagi untuk hidup. Terbayang sayatan melukai jiwa, namun penuh dengan cinta. Rasa terbakar suci hingga menjadi lautan bara sunyi. Sejuta langkah, sejuta tetesan darah yang diperjuangkan akan sia sia saat terjebak dalam logam hitam.
bagus poemnya :D
BalasHapus